Kemampuan Teknologi Cloud Nasional Setara dengan Asing

Kemampuan Teknologi Cloud Nasional Setara dengan Asing

WAKIL Ketua Tim Kejadian Keamanan Internet dan Infrastruktur Indonesia (Indonesia Security Incident Response Tim on Internet and Infrastructure/ID-SIRTII) Muhammad Salahuddien Manggalany memandang tehnologi cloud atau penyimpanan data yang disiapkan perusahaan nasional sama mumpuninya dengan punya perusahaan asing. “Secara teknis, faktor tehnologinya sama. Tidak ada ketidaksamaan benar-benar,” kata Didien panggilan dekat Manggalany ke reporter di Jakarta, Kamis (27/6).

Didien mengumpamakan penyedia layanan cloud sama dengan pemilik kost-kosan, yang tawarkan apa penyewa kost-kosan hanya sewa kamar saja, atau ada fitur-fitur tambahan seperti bersihkan kamar atau bajunya. Bila penyewa kamar kost ambil layanan tambahan seperti membersihkan baju, sesudah dicuci, bajunya ingin diletakkan di mana diberikan ke penyewa.

Hal yang juga sama terjadi pada penyedia layanan cloud. Dalam layanan ini dikenali dua mekanisme yang dijajakan penyedia layanan cloud, yaitu managed operations atau managed serviss. Dalam soal managed operations, penyedia layanan cloud cuma sediakan infrastruktur an sih, berlainan dengan pola managed serviss di mana penyedia layanan cloud mengurus dengan teratur data termasuk back up data dari penyewa.

Didien menyaksikan akar persoalan berlangsungnya gempuran ransomware karena penerapan perawatan data termasuk backup data diberikan ke tim PDNS dan masing-masing tenant dari Kementerian/Instansi dan pemda.

“Jadi jika bermacam feature dan sarana backup barusan tidak diaktifkan atau mungkin tidak dikonfigurasi betul, ya terjadi kejadian saat ini. Karena kontrak ke supplier cloud dan jaringan cuma untuk sewa barang (infrastruktur) saja, tidak termasuk pengendalian operasinya. Alias semua pengendalian dilaksanakan sendiri oleh tim PDNS dan tenant. Supplier cuma menjadi engineer panggilan technical dukungan saja,” kata Didien.

Mengakibatkan, meskipun telah menerapkan tehnologi cloud yang oke, tapi implikasinya tidak optimal. Faktanya, tidak ada redundansi, atau kalaulah ada kelihatannya sebelumnya tidak pernah dites apa kekuatan fail over, roll back dan recovery betul bisa terjadi saat production sistem terusik.

“Tidak ada SOP mitigasi yang benar sama sesuai standard best practices. Maknanya, saat sebelum peristiwa, sejauh ini, tidak ada backup yang ideal yang sudah dilakukan oleh beberapa tenant PDNS atau ada backup tapi tidak berperan optimal,” katanya.

Walaupun maksudnya untuk efektivitas, Faizal tidak menolak investasi robotik ini menelan ongkos yang sangat besar. Tetapi, dia tidak mempersoalkannya dan optimis alih bentuk itu bisa membuat BUMN ini bertahan di dalam periode waktu https://www.populita.com/ yang panjang. “Itu akan kurangi keuntunganabilitas kami pada tahun ini. Tetapi semoga, karena lebih efektif di langkah menjalankan perusahaan ini, menjadi periode panjang kelak kembali keuntungannya,” kata Faizal.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *